Log in


Home








Info
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 27 Desember 2010

Sistem laser yg digunakan oleh Malaysia

image
Foto:Republika
Oleh Bambang Iss
MARKUS Maulana penjaga gawang Timnas Indonesia, marah-marah dan protes pada wasit. Sehingga pertandingan sempat terhenti selama 5 menit, Markus protes karena merasa terganggu dengan adanya kilatan-kilatan sinar laser berwarna hijau yang tiba-tiba menyapu matanya. Ini menyebabkan konsentrasinya buyar, dan itu tampaknya disebut-sebut sebagai awal menurunnya ritme permainan tim Garuda.
Benarkah Markus dan beberapa pemain Indonesia lain merasa terganggu mood-nya gara-gara  sinar laser? Lantas laser siapakah? Milik penonton atau bagian dari tata lampu di stadion Bukit Jalil yang mewah itu?
Sampai kini belum diketahui siapa yang menyelendupkan piranti laser ke stadion. Dari superter Malaysiakah? Yang jelas, dewasa ini keberadaan dan kegunaan sinar laser bisa di mana saja. Bukan saja di pertunjukan musik, arena diskotik, rumah-rumah sakit, atau bahkan di ruang-ruang rapat di banyak perusahaan.
Bahkan kubu Malaysia pun menjamin suporternya tidak akan sampai membawa laser dalam kapasitas watt besar, "Berapa ringgit saja yang harus dikeluarkan untuk membeli peralatan laser?" kata salah satu sumber. Itu sebabnya siniar hijau yang ada di lapangan bola itu tidak membahayakan, meski akhirnya bisa mengganggu juga.
Penggunaan laser sekarang ini sudah bukan budaya baru lagi. Agus Budi Santoso, pakar lighting dari Lotus Lighting System, Solo mengatakan, yang diduga terjadi di pertandingan Indonesia - Malaysia Minggu (26/12) itu bisa jadi adalah jenis laser pointer "Alat ini sederhana seperti bolpoin yang biasa digunakan di acara-acara rapat sebagai penunjuk, laser poniter ini banyak didapatkan di toko-toko alat tulis," kata Agus.
Besi baja.
Laser pointer biasa digunakan sebagai penunjuk di multi media seperti white screen di acara-acara meeting. Daya pancarnya jenis ini memang tidak besar, "Paling cuma dalam hitungan sekian mili watt, berbeda dengan kegunaan di pertunjukan musik yang sampai 4 atau 5 watt," kata Agus. Tapi meskipun kecil, kalau cahaya lasernya menembak mata dalam jarak dekat dan lama, bisa membahayakan mata juga, bisa sampai membutakan mata," kata Agus.
Ketergantungan pada daya watt inilah yang menjadikan kenggunaan laser ini amat variatif dan melihat kegunaannya. Yang sering digunakan untuk pengobatan adalah laser pemecah dengan daya watt besar, "Sehingga cahayanya bisa sampai memecahkan besi baja sekalipun," kata Agus yang sering memanfaatkan sinar laser ini untuk variasi ligting system dalam pertunjukan musik.
Di Indonensia, kecuali untuk tujuan pengobatan, penggunaan laser di dalam arena diskotik atau pertunjukan musik mulai marak pada pertengahan 70 an. Ketika itu Harry Roesli (alm) mementaskan "Disko Opera Ken Arok", dengan biaya ratusan juta rupiah untuk alokasi laser dan lighting waktu itu. Tradisi laser ini kemudian diteruskan Log Zhelebour, promotor musik rock kenamaan negeri ini. Ia hampir selalu memakai sinar laser dalam cahaya yang warna warni. Laser itu dikendalikan bersamaan dengan lighting system, sehingga menjadikan suasana pertunjukan tampak mewah dan bergengsi.
Efek garis-garis  yang ditimbulkan karena tembakan laser amat memukau pandangan. Apalagi jika menimpa asap gun smoke yang melayang dan berkeliaran. "Kemewahan seperti ini yang menyebabkan kami seperti halnya promotor musik di luar negeri, memanfaatkan laser ini," kata Log Zhelebour.
Pada tahun 70 dan 80 an laser menjadi keharusan pada pertunjukan maha konser Pink Floyd, ELP, YES, Tagerine Dreams. Vangelis, dan beberapa yang lain, sehingga menjadi acuan para promotor musik, khususnya di Indonesia, bagaimana menampilkan keelokan dan kegagahan pentas dengan sinar laser.
Nah, sekarang tinggal bagaimana menggunakannya saja. Kalau untuk kepentingan jahat, ya seperti yang terjadi di Stadion Bukit Jalil itu.
 
Awal-awal Penggunaan Efek Laser System di Indonesia (Event Musik)

No Event      Promotor    Tahun
1 Disko Opera Ken Arok     Harry Roesli 1975


Setyawan Jodi
2 Indonesian Rock Festival Log Zhelebour 1982
3 Rekor Drum Terlama Jelly Tobing   Sofyan Ali 1988


Setyawan Jodi                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menurut anda,penampilan Blog ini bagaimana?